loading...
loading...
Suatu hari, ada seorang pria yang pulang ke rumah dalam keadaan mabuk berat, dia membuka pintu dan menyalakan lampu, kemudian memanggil istrinya, namun tidak ada yang menjawabnya. Siapa sangka waktu dia menunduk, ia melihat selembar kertas surat cerai yang ditaruh istrinya. Nama pria ini Rey, ia memiliki seorang istri bernama Liana.
Dari dulu, Rey dan Liana memang suka bertengkar, namun paling parah juga keduanya saling cuek, atau Liana pulang ke rumah keluarganya beberapa hari, tapi setiap kali, pasti selalu baik lagi dengan sendirinya.
Tapi siapa sangka kali ini, Liana menanggapinya dengan sangat serius. Padahal cuman karena Rey tidak bisa datang ke acara sekolah putri mereka dengan alasan terlalu sibuk dan tidak punya waktu. Liana langsung marah, "Kamu setiap hari sibuk sibuk sibuk, kapan pernah mikirin aku dan anak kamu? Aku gak bisa hidup kayak gini lagi! Aku mau cerai!"
Waktu itu, Rey cuman merasa ini pasti cuman sebentar aja, Rey memang selalu merasa, selama ini dia begitu sibuk bekerja, semuanya juga untuk keluarga ini. Rey merasa apa yang dia lakukan sama sekali tidak salah. Tapi hari itu dia pulang tanpa wanita di rumahnya, itulah pertama kalinya Rey merasa, tidak ada wanita di rumah, sama sekali tidak seperti 'rumah'.
Tanpa adanya wanita untuk berbagi, segala kesuksesannya itu tidak berarti lagi. Keesokan harinya, Rey pulang menemui ayah dan ibunya, mereka pun sangat kaget melihat kedatangannya, "Kamu kan sibuk banget, masih ada waktu datang ke sini? Ada apa? Apa di rumah baik-baik aja?" Pertanyaan ini langsung membuat wajah Rey memerah..
Hari itu, ibunya menemaninya untuk mengobrol sedangkan ayahnya pergi membeli makanan. Ibunya mengambil kacang untuk Rey, baru saja duduk, tiba-tiba telepon berdering, ayah Rey menelepon ibunya, "Lupa kasih tau kamu tadi, aku taruh gelas teh madu yang tadi aku bikin buat kamu di atas meja, kalau kamu minum sekarang itu akan lebih enak, sebelum dia jadi terlalu dingin.."
Ibunya meminum teh madu itu, baru selesai minum, telepon berdering lagi, sama, kali ini yang telepon juga sang ayah, "Oh itu uang air bulan ini belum bayar kan yah? Coba kamu tulisin nomornya kasih aku, aku pergi ke sana sekalian bayar." Setelah menutup telepon, ibunya tersenyum sambil berkata pada Rey, "Papa kamu itu yah, memang banyak ini itunya, cuman pergi sebentar aja juga telepon terus ke rumah. Gak tau bayar pulsa berapa banyak coba dia sebulan."
Baru habis berbicara, ayah Rey telepon lagi, "Istriku, kamu bukannya suka makan ikan yah? Hari ini di pasar ada jual ikan kesukaan kamu, aku udah beli 3 ekor besar-besar nanti pulang bisa dimasak!"
Hanya dalam 20 menit, telepon dari ayah Rey terus masuk, ibu Rey juga menjawabnya dengan sabar. Padahal ibu Rey lagi nemenin Rey ngobrol, tapi malah lebih banyak telepon sama papanya. Rey yang sudah tidak sabar langsung berkata, "Papa kok makin lama makin suka ngoceh? Padahal itu sampei rumah aja baru bilang kan sama aja, kenapa harus telepon?"
Ibunya malah tertawa dan berkata, "Ah kamu, apa yang papa kamu pikirkan, kamu mana mengerti? Dia bukan suka ngoceh, tapi dia selalu ingat akan rumahnya, setiap hal yang terjadi, dia selalu ingat akan rumahnya, jadi dia selalu telepon. Walaupun dia di luar, tapi hatinya tetap di rumah ini. Di rumah itu, nggak cukup cuman ada uang, rumah bukan tempat taruh uang, tapi untuk menaruh hati ini, kalau kamu menaruh hatimu di rumah, kamu pasti akan merasakan cinta dan kebahagiaan, nak!"
Rey memandang ibunya, saat itu dia tiba-tiba tersadar. Dia ingat, setiap kali dia sibuk, dia tidak pernah ingat akan rumahnya. Bahkan, setiap kali telepon pulang ke rumah, dia selalu terburu-buru, dia selalu lebih mengutamakan makan bersama rekan kerja atau atasannya, lampu rumahnya selalu menantinya sampai tengah malam, tapi dia tidak pernah memikirkan kesepian istrinya di rumah. Anaknya sudah 6 tahun dan selalu memintanya membawanya ke kebun binatang atau taman hiburan. Namun semuanya itu hanya menjadi janji yang tidak pernah jadi kenyataan.
Karena sibuk, atau karena memang hatinya tidak pernah ada di rumah? Hari itu dia pulang ke rumah keluarga istrinya, istrinya tidak mau pulang ke rumah. Ia kemudian menjelaskan, "Tidak akan seperti dulu lagi, aku dulu mengabaikan kamu, aku dulu mengabaikan keluarga kita, aku pikir asalkan aku banyak uang, kita bisa bahagia. Aku hampir kehilangan cinta, aku janji akan selalu menaruh hatiku di rumah dan menaruh rumah ini di hatiku, apa kamu mau pulang sama aku?" Liana tidak menjawab, dia perlahan maju dan masuk ke dalam pelukan Rey sambil menangis.
Keluarga, adalah tempat kamu menaruh cinta dan hatimu.
Sibuk, selamanya tidak boleh menjadi alasan, asalkan hatimu disana, cintamu disana, pikiranmu di sana, kamu akan menemukan waktumu di sana.
Sama saja seperti pepatah mengatakan, kita makan untuk hidup, tapi hidup itu bukan cuman demi makan saja. Kita bekerja untuk hidup, tapi hidup bukan cuman demi kerja.
Coba kamu renungkan, apa tujuan hidupmu hanyalah bekerja saja? Tujuanmu bekerja, bukankah untuk menjalani hidup yang lebih baik? Jadi, jangan pernah jadikan pekerjaanmu sebagai alasan dan penghambat hidup ini.
Hidup adalah perjalanan, bukan hasil. Kamu tidak bisa menunggu sampai mencapai hasil baru mau menjalani hidup dengan baik. Jangan sampai karena pekerjaan, kamu kehilangan hidupmu sendiri. Yuk kita giat bekerja, dan hidup dengan baik juga sobat cerpen! Nikmati dan hargailah kehidupan kita sekarang ini. Uang itu gak ada habisnya kalau kamu kejar, tapi kehidupan bahagia dengan keluarga itu, kesempatan yang gak bisa kamu tunda lagi.
Dari dulu, Rey dan Liana memang suka bertengkar, namun paling parah juga keduanya saling cuek, atau Liana pulang ke rumah keluarganya beberapa hari, tapi setiap kali, pasti selalu baik lagi dengan sendirinya.
Tapi siapa sangka kali ini, Liana menanggapinya dengan sangat serius. Padahal cuman karena Rey tidak bisa datang ke acara sekolah putri mereka dengan alasan terlalu sibuk dan tidak punya waktu. Liana langsung marah, "Kamu setiap hari sibuk sibuk sibuk, kapan pernah mikirin aku dan anak kamu? Aku gak bisa hidup kayak gini lagi! Aku mau cerai!"
Waktu itu, Rey cuman merasa ini pasti cuman sebentar aja, Rey memang selalu merasa, selama ini dia begitu sibuk bekerja, semuanya juga untuk keluarga ini. Rey merasa apa yang dia lakukan sama sekali tidak salah. Tapi hari itu dia pulang tanpa wanita di rumahnya, itulah pertama kalinya Rey merasa, tidak ada wanita di rumah, sama sekali tidak seperti 'rumah'.
Tanpa adanya wanita untuk berbagi, segala kesuksesannya itu tidak berarti lagi. Keesokan harinya, Rey pulang menemui ayah dan ibunya, mereka pun sangat kaget melihat kedatangannya, "Kamu kan sibuk banget, masih ada waktu datang ke sini? Ada apa? Apa di rumah baik-baik aja?" Pertanyaan ini langsung membuat wajah Rey memerah..
Hari itu, ibunya menemaninya untuk mengobrol sedangkan ayahnya pergi membeli makanan. Ibunya mengambil kacang untuk Rey, baru saja duduk, tiba-tiba telepon berdering, ayah Rey menelepon ibunya, "Lupa kasih tau kamu tadi, aku taruh gelas teh madu yang tadi aku bikin buat kamu di atas meja, kalau kamu minum sekarang itu akan lebih enak, sebelum dia jadi terlalu dingin.."
Ibunya meminum teh madu itu, baru selesai minum, telepon berdering lagi, sama, kali ini yang telepon juga sang ayah, "Oh itu uang air bulan ini belum bayar kan yah? Coba kamu tulisin nomornya kasih aku, aku pergi ke sana sekalian bayar." Setelah menutup telepon, ibunya tersenyum sambil berkata pada Rey, "Papa kamu itu yah, memang banyak ini itunya, cuman pergi sebentar aja juga telepon terus ke rumah. Gak tau bayar pulsa berapa banyak coba dia sebulan."
Baru habis berbicara, ayah Rey telepon lagi, "Istriku, kamu bukannya suka makan ikan yah? Hari ini di pasar ada jual ikan kesukaan kamu, aku udah beli 3 ekor besar-besar nanti pulang bisa dimasak!"
Hanya dalam 20 menit, telepon dari ayah Rey terus masuk, ibu Rey juga menjawabnya dengan sabar. Padahal ibu Rey lagi nemenin Rey ngobrol, tapi malah lebih banyak telepon sama papanya. Rey yang sudah tidak sabar langsung berkata, "Papa kok makin lama makin suka ngoceh? Padahal itu sampei rumah aja baru bilang kan sama aja, kenapa harus telepon?"
Ibunya malah tertawa dan berkata, "Ah kamu, apa yang papa kamu pikirkan, kamu mana mengerti? Dia bukan suka ngoceh, tapi dia selalu ingat akan rumahnya, setiap hal yang terjadi, dia selalu ingat akan rumahnya, jadi dia selalu telepon. Walaupun dia di luar, tapi hatinya tetap di rumah ini. Di rumah itu, nggak cukup cuman ada uang, rumah bukan tempat taruh uang, tapi untuk menaruh hati ini, kalau kamu menaruh hatimu di rumah, kamu pasti akan merasakan cinta dan kebahagiaan, nak!"
Rey memandang ibunya, saat itu dia tiba-tiba tersadar. Dia ingat, setiap kali dia sibuk, dia tidak pernah ingat akan rumahnya. Bahkan, setiap kali telepon pulang ke rumah, dia selalu terburu-buru, dia selalu lebih mengutamakan makan bersama rekan kerja atau atasannya, lampu rumahnya selalu menantinya sampai tengah malam, tapi dia tidak pernah memikirkan kesepian istrinya di rumah. Anaknya sudah 6 tahun dan selalu memintanya membawanya ke kebun binatang atau taman hiburan. Namun semuanya itu hanya menjadi janji yang tidak pernah jadi kenyataan.
Karena sibuk, atau karena memang hatinya tidak pernah ada di rumah? Hari itu dia pulang ke rumah keluarga istrinya, istrinya tidak mau pulang ke rumah. Ia kemudian menjelaskan, "Tidak akan seperti dulu lagi, aku dulu mengabaikan kamu, aku dulu mengabaikan keluarga kita, aku pikir asalkan aku banyak uang, kita bisa bahagia. Aku hampir kehilangan cinta, aku janji akan selalu menaruh hatiku di rumah dan menaruh rumah ini di hatiku, apa kamu mau pulang sama aku?" Liana tidak menjawab, dia perlahan maju dan masuk ke dalam pelukan Rey sambil menangis.
Keluarga, adalah tempat kamu menaruh cinta dan hatimu.
Sibuk, selamanya tidak boleh menjadi alasan, asalkan hatimu disana, cintamu disana, pikiranmu di sana, kamu akan menemukan waktumu di sana.
Sama saja seperti pepatah mengatakan, kita makan untuk hidup, tapi hidup itu bukan cuman demi makan saja. Kita bekerja untuk hidup, tapi hidup bukan cuman demi kerja.
Coba kamu renungkan, apa tujuan hidupmu hanyalah bekerja saja? Tujuanmu bekerja, bukankah untuk menjalani hidup yang lebih baik? Jadi, jangan pernah jadikan pekerjaanmu sebagai alasan dan penghambat hidup ini.
Hidup adalah perjalanan, bukan hasil. Kamu tidak bisa menunggu sampai mencapai hasil baru mau menjalani hidup dengan baik. Jangan sampai karena pekerjaan, kamu kehilangan hidupmu sendiri. Yuk kita giat bekerja, dan hidup dengan baik juga sobat cerpen! Nikmati dan hargailah kehidupan kita sekarang ini. Uang itu gak ada habisnya kalau kamu kejar, tapi kehidupan bahagia dengan keluarga itu, kesempatan yang gak bisa kamu tunda lagi.
loading...